Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Potensi Air di Bali

 

Saya bakal bercerita tentang mahadahsyatnya sebuah mahakarya dari Sang Maha Esa. Jika anda mendengar kata air, apa yang akan anda bayangkan pertama kali? Air minum? Pantai? Mata air? Air punya sejuta manfaat bagi kehidupan manusia. Setiap hari kita nggak bisa lepas dari memanfaatkan sumberdaya air. Tapi tahu nggak sih kalau air ini punya suatu proses yang sangat kompleks. Dimulai dari mata air hingga dimanfaatkan oleh makhluk hidup atau bahkan hanyut dalam deru lautan.

Pada Hari Jumat, 6 November 2020 saya mengikuti sebuah Webinar setelah saya menikmati suguhan jajanan pasca sholat jumat. Webinar ini diinisiasi oleh sebuah Lembaga swadaya Masyarakat, IDEP. Sebuah LSM yang bergerak di bidang lingkungan dan kepedulian utamanya terhadap air. Meneguk informasi yang sejalur dengan Pendidikan Kampus, membuat saya hanyut dalam webinar ini.

Webinar Potensi Air di Bali

Big Thanks untuk moderator, Bli Wahyu Permana yang sudah memimpin jalannya webinar. Obrolan yang padat ilmu namun bisa dikemas asyik dan nggak monoton.

Di sesi pertama, saya diperkenalkan kepada seorang Co-Founder Mahanta Geoscience, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Geologi, Hidrogeologi, Geowisata dan Kebencanaan. Beliau bernama Ida Bagus Oka Adastya.

Obrolan santai yang dibawakan oleh Bli Oka berjudul “Melihat Potensi Sumber Air dan Solusi Konservasi Air di Bali”. Manusia dan makhluk hidup lainnya menjadikan air sebagai kebutuhan pokok. Setiap hari air dimanfaatkan dengan jumlah yang tak terkira. Namun, pernah nggak sih berpikir bahwa air bakal habis suatu saat nanti? Alam memiliki sistematika kompleks yang mengatur ketersediaan air di bumi ini. Kita mengenalnya dengan Siklus Hidrologi. 

Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi merupakan sebuah siklus alami yang menyuplai air ke daratan. Dalam Siklus Hidrologi, air mula-mula mengalami penguapan. Penguapan berasal dari air permukaan maupun dari makhluk hidup. Ada juga yang tidak mengalami penguapan, yaitu es atau salju yang mengalami penyubliman. Dari proses ini, membentuk partikel-partikel air dengan berat yang sangat ringan sehingga terbawa ke atas dan membentuk awan. Proses ini terus berlanjut hingga awan mengalami titik jenuhnya. Awan akan melakukan pelepasan masa jenisnya, yang biasa kita sebut “Hujan”. Aliran Hujan akan membasahi berbagai tempat, salah satunya daratan.

Daratan memiliki mekanisme dalam penyimpanan air hujan. Ada yang mengalir langsung menuju laut (run off). Ada juga yang disimpan dalam air permukaan, seperti sungai, danau, bendungan, dan tandon. Penyimpanan air terbaik adalah yang bisa meresap melewati lapisan tanah / bebatuan dan menjadi cadangan air. Kita biasa menyebutnya dengan Air Tanah.

Bali memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 5.636,66 km2 dan Panjang DAS 2.776,09 km. Wilayah administratifnya meliputi Kabupaten : Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Kota Denpasar. Potensi sumber air permukaan dalam 1 tahun sebesar 6.554,22 Juta m3 atau jika dalam 1 detiknya mencapai 207,83 m3. Sementara itu, Potensi sumber air tanah dalam 1 tahun sebesar 285,15 juta m3 atau jika dalam 1 detiknya mencapai 9,04 m3

Perbedaan nyata antara sumber air permukaan dan sumber air tanah bisa kita simpulkan bahwa sangat sedikit air yang bisa kita cadangkan atau bahasa kerennya kita investasikan jangka Panjang. Saya baru tahu bahwa kemampuan daratan dalam menyimpan sumber air tanah tidak sebesar air permukaan. Padahal, kita semua sudah mengetahui bahwa air tanah ini bersih karena tersaring alami melalui penyerapan tanah / bebatuan.

Bendungan di Bali

Provinsi Bali memiliki jumlah bendungan yang cukup banyak. Terdapat 8 bendungan yang tersebar di penjuru Bali, baik yang sudah beroperasi maupun yang sedang dalam pengerjaan. Diantaranya adalah Bendungan Gerokgak (Buleleng), Bendungan Tamblang (Buleleng), Bendungan Sidan (Badung), Bendungan Titab (Buleleng), Bendungan Palasari (Jembrana), Bendungan Benel (Jembrana), Bendungan Telaga Tunjung (Badung), dan Bendungan Muara (Denpasar). 

Selain bendungan, Provinsi Bali juga memiliki Cekungan Air Tanah. Pengertian Cekungan Air Tanah menurut Balai Konservasi Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Fungsi dari Cekungan Air Tanah adalah sebagai jalan masuknya air dari permukaan ke dalam lapisan tanah atau bebatuan dan disimpan menjadi air tanah. Berdasarkan KEPRES No. 26 Tahun 2011 ditetapkan 8 Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali.  Antara lain :

Cekungan Air Tanah di Bali
  1. Cekungan Air Tanah Denpasar – Tabanan
  2. Cekungan Air Tanah Singaraja
  3. Cekungan Air Tanah Amlapura
  4. Cekungan Air Tanah Negara
  5. Cekungan Air Tanah Gilimanuk
  6. Cekungan Air Tanah Nusa Penida
  7. Cekungan Air Tanah Nusa Dua
  8. Cekungan Air Tanah Tejakula
Penampang Air Tanah di Bali

Daerah resapan disebut juga daerah imbuhan, yaitu daerah yang potensial dalam menyimpan air hujan dan mengimbuhkannya kepada dataran menengah dan dataran rendah.

Dalam Gambar (Tanah berwarna lembayung muda), kita menyebut Bedugul adalah daerah resapan. Daerah resapan ini akan menyimpan debit air selama hujan berlangsung. Air yang sudah disimpan dalam tanah mengalami pergerakan melaui lapisan tanah ataupun bebatuan. Air tanah yang mampu keluar dari rekahan-rekahan bebatuan secara alami disebut dengan Air Tanah. Jika di bor dan dipompa, ini bukan disebut mata air ya teman-teman.

Selanjutnya, Daerah lepasan adalah daerah yang menampung air tanah dari daerah resapan. Biasanya berada di dataran menengah dan dataran rendah. Dalam gambar (warna coklat), terdapat beberapa daerah lepasan yaitu Baturiti, Jatiluwih, Mengwi, Badung (Utara) dan Denpasar. Didaerah lepasan ini, tekanan air tawar relative lebih kuat dari pada air laut sehingga rasa air adalah tawar.

Di Daerah Pariwisata seperti Seminyak, Kuta, Jimbaran, Nusa Dua adalah bukan daerah lepasan, sehingga kondisi air tanah banyak dipengaruhi air laut. Maka tidak salah rasa air di daerah ini berubah-ubah. Jika musim hujan bisa saja tawar. Namun jika musim kemarau air bisa memiliki rasa payau bahkan asin seperti air laut.

Derah Pariwisata seperti Seminyak, Kuta, Jimbaran, Nusa Dua tidak mungkin disuplai oleh PDAM yang jumlah airnya terbatas. Jumlah wisatawan yang meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan akan air tawar sangat tinggi. Sehingga, solusinya adalah melalui sumur bor untuk mengambil air dan menggunakan teknologi Reserve Osmosis (RO) untuk mengubahnya menjadi air tawar.

Problematika 

Masalah air tanah sering terjadi di daerah Urban. Dalam pemaparan Bli Oka, setidaknya ada beberapa masalah dan solusi yang disebutkan

  1. Air tanah digunakan untuk pemenuhan kebutuhan kota dengan alas an murah, mudah diakses, stabil, dan bersih. Padahal, untuk memproduksi air tanah dibutuhkan waktu yang sangat lama berdasarkan proses-prosesnya hingga tersimpan dalam lapisan bawah tanah
  2. Bencana air tanah akibat perkembangan kota antara lain land subsidence, salinitazion, decrease of quality, dan lain sebagainya. Perlu adanya konservasi, baik tanah, sungai, dan air laut
  3. Penegakan Peraturan Air Tanah. Bencana Air Tanah perlu menjadi sebuah regulasi sehingga menjadi peraturan yang dapat ditaati masyarakat
  4. Pemulihan pada daerah-daerah yang diregulasi sehingga kemampuan daerah resapan air maksimum. Kesetimbangan air kota akan dapat dikendalikan.
  5. Bencana baru akibat pulihnya air tanah pada daerah urban adalah kota-kota yang memiliki stasiun bawah tanah akan tergenang. Pengelolaan air tanah berkelanjutan perlu segera dilakukan, terutama berdasarkan potensi resapan air tanah

Solusi yang ditawarkan

Solusi Jangka Panjang

  1. Shifting penggunaan dari air tanah menjadi air permukaan
  2. Mulai melakukan investasi air tanah
  3. Manajemen Air tanah

Solusi Jangka Pendek

  1. Pemetaan daerah rawan kerusakan air tanah
  2. Pembuatan sumur resapan, sumur biopori, dan sumur imbuhan
  3. Menjaga daerah imbuhan, mata air, pemantauan sumur pantau

Demikian cerita dari Bli Oka mengenai Potensi Air di Bali, hingga ke permasalahan, serta solusi yang ditawarkan. Semoga dapat menjadi referensi dan langkah aksi nyata bagi teman-teman untuk memanfaatkan air dengan penuh tanggung jawab. Jangan lupa beri tanggapanmu di kolom komentar ya!


Maulana Ilham Pratama
Maulana Ilham Pratama Seorang pelajar di salah satu universitas di Bali. Sedang dalam proses menyandang gelar S.Pi., dan Young Entrepreneur. Mohon doanya :)

8 komentar untuk "Potensi Air di Bali"

  1. ternyata air itu tidak sesepele yang kita kira sekedar minum.. dan seolah smua sudah ada dan akan ada trs. informatif bgt. nambah wawasan sy nih..

    BalasHapus
  2. Ada pesan bahwa dalam menggunakan air harus betuk-betuk diperhatikan. Tentu bukan hanya memperhatikan prnggunaannya, namun perlu solusi bagaimana menjaga mata air dengan menjaga kelestatian lingkungan. bug thanks

    Lagi cari informasi seputar ayah? Tersedia disini http://www.ayahugiparenting.com

    BalasHapus
  3. Saya terlintas air tuh kebutuhan wajib kita sebagai makhluk, yang 70% butuh air. Kebetulan di bangku perkuliahan saya juga belajar tentang mineral, namun seputar Bali baru ini saya memahami. Terimaksih banyak infonya kak

    BalasHapus
  4. Baru tahu prosesnya step by step supaya dpt air. Wah harus hemat air sejak dini biar alam tetap lestari

    BalasHapus
  5. webinar yg sangat bermanfaat banget ini, memperlakukan air berarti juga tanda sayang utk generasi kita ke depan ya, supaya ekosistem juga terus sustain.

    BalasHapus
  6. Isu air di Bali Emang sangat penting ya?? karena sumber daya air di sana kebanyakan kesedot nya itu justru buat pariwisata..

    BalasHapus